"baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai
depan dan mezbah, dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan
janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa
menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana
Allah mereka?"
Sebuah keseimbangan itu diperlukan dalam menjalani hidup. Kita
tidak bisa melakukan satu hal saja dan melupakan yang lain. Tuhan memang
bisa menurunkan berkatNya dalam keadaan apapun. Benar bahwa Yesus
berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
(Matius 21:22). Kuasa doa memang luar biasa besarnya. Tetapi
ingat pula
bahwa Tuhan tidak menginginkan anak-anakNya menjadi orang-orang yang
malas dan manja, hanya mau terus meminta tanpa mau melakukan apapun.
Berkali-kali Tuhan mengungkapkan ketidaksukaanNya terhadap orang yang
malas. Lihatlah bagaimana kerasnya Tuhan menghadapi orang yang malas
dalam "perumpamaan tentang talenta" yang tertulis di Matius 25:14-30.
Begitu keras, sehingga Alkitab berkata "Dan campakkanlah hamba yang
tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi." (ay 30). Lihat pula teguran-teguran yang datang kepada orang malas dalam Amsal 6. Salah satunya berkata: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak."
(ay 6). Semut adalah serangga yang lemah dan berukuran jauh lebih kecil
dibanding manusia, tetapi baiklah jika orang malas belajar dari etos
kerja semut. Orang malas itu tidak bijak. Dan teguran dari Paulus juga
menggambarkan hal yang keras pula. "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
(2 Tesalonika 3:10). Berdoa memang bagus, dan itu sudah menjadi
kewajiban kita. Tetapi jangan lupa pula bahwa kita harus bekerja dengan
sungguh-sungguh, bahkan dikatakan seperti melakukannya untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia. (Kolose 3:23).
Adalah menarik jika kita melihat sebuah ayat dalam Yoel yang menyinggung
atau menyiratkan mengenai keseimbangan ini ketika Yoel memberikan
seruan untuk bertobat. Ayat itu berbunyi: "baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah,
dan berkata: "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan
milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada
mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"
(Yoel 2:17). Mengapa para imam dan hamba Tuhan harus menangis di antara
balai depan dan mezbah? Tuhan secara spesifik mewahyukan hal ini. Dari
ayat tersebut kita bisa melihat perlunya keseimbangan antara mezbah dan balai depan.
Bukan hanya di mezbah, dan bukan hanya di balai depan. Bukan hanya
berdoa, dan bukan juga hanya bekerja saja. Keduanya haruslah dilakukan
secara seimbang. Dari ayat ini kita bisa menangkap sebuah pesan penting,
bahwa apapun yang kita lakukan perlu disertai dengan doa. Keduanya
harus berjalan beriringan, bersama-sama. kita harus bekerja, itu benar.
Tuhan mengharuskan kita bekerja, dan Tuhan memberkati pekerjaan kita.
Tapi bagaimana Tuhan mau memberkati pekerjaan kita jika kita tidak
melibatkanNya dalam pekerjaan kita? Atau lebih luas lagi, bagaimana
Tuhan mau memberkati hidup kita jika kita tidak melibatkanNya dalam
kehidupan kita? Oleh sebab itu seruan pertobatan yang disampaikan Yoel
menyiratkan bahwa antara berdoa dan bekerja, ora et labora, keduanya haruslah dilakukan secara seimbang, beriringan dan berkesinambungan.
Dalam Efesus 6:18 kita bisa melihat sebuah ayat yang mengingatkan kita
agar tidak melupakan atau meniadakan doa dalam langkah kita. Bukan hanya
sekedar berdoa sekali-kali, tetapi disana kita diingatkan untuk berdoa setiap waktu. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "Pray at all times (on every occasion, in every season) in the Spirit, with all [manner of] prayer and entreaty." Pray at all times, on every occasion, in every season. Berdoalah dalam setiap waktu, dalam hal apapun, dalam situasi apapun. Doakan apapun yang kita kerjakan agar Tuhan memberkati usaha kita secara penuh, pada saat yang sama lakukanlah pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Keseimbangan seperti inilah yang akan mendatangkan keberhasilan dalam segala sesuatu yang kita lakukan.
Kita perlu melatih dan mendisplinkan diri agar bisa menyeimbangkan
keduanya dan terbiasa untuk mengkombinasikan keduanya dalam hubungan
yang harmonis. Itu jelas perlu proses dan butuh waktu. Bukan saja dalam
pekerjaan atau profesi kita, tetapi pelayanan kita pun butuh terus didukung doa
agar bisa berhasil dengan maksimal. Jika kita terus melatih diri, kita
akan menemukan sebuah kesimpulan bahwa apa yang penting bukanlah maunya
kita tetapi maunya Tuhan. Disanalah kita bisa melatih ketaatan kita
kepada Tuhan meski kita sudah sedemikian sibuknya, dan disanalah kita
bisa melihat bagaimana luar biasanya hasil luar biasa dari usaha kita
yang terus didukung dalam doa. Jangan korbankan jam-jam doa karena
kesibukan pekerjaan, jangan pula memakai waktu doa sebagai alasan untuk
bermalas-malasan dan tidak bekerja. Keduanya harus dilakukan secara
seimbang dan saling terkait satu dengan lainnya. Sudahkah anda
melibatkan Tuhan dalam pekerjaan anda? Atau sudahkah anda berusaha
serius seperti apa yang anda minta dalam doa anda?
Jadilah pengikut Kristus yang rajin bekerja dan tekun dalam doa. and Have a Blessed Life. :)
No comments:
Post a Comment